ALHIKAM/red. Berusaha Istiqomah Lebih Baik daripada Mengejar Karomah Oleh KH. Abdul Aziz Affandy
Istiqomah sendiri merupakan kondisi ideal yang jadi mimpi seorang Salik, dimana indrawinya bergerak karena amar-Nya dan berhenti karena Nahyi-Nya. Kondisi ideal ini akan terwujud kalau tubuh terluar (dhohir) dan tubuh terdalam (bathin) tidak terpapar virus atau bakteri penyebab sakit yang menggangu ibadah, seperti riya dan sum'ah.
Merindukan Istiqomah dalam ibadah diwujudkan dengan upaya menguatkan imun dari iman di hati sekaligus 'berobat' dengan dokter yang tepat yaitu murobby, sambil tetap konsisten ibadah meski dengan segala kekurangan disana sini.
Al-Ghuyuub, sesuatu yang tidak kasat mata atau bahkan diluar nalar dan indrawi kita. Ibadah seolah memiliki efek tertentu berupa kemuliaan (bahkan diluar kebiasaan). Baca "Bismillah" bisa terbang, Alwaqiah 40 kali bisa Kaya, wirid tertentu bisa memindahkan dimensi ruang dan waktu pembacanya. Contoh yang familiar itu ya kisah kisah karomah Aulia Alloh.
Karena Karomah dianggap istimewa, dibukalah bengkel tertentu, dicarilah les dzikir, treatment wirid, beli benda atau zat kimiawi tertentu bak eco racing untuk sebuah keistimewaan pada seorang manusia, lalu dianggaplah memiliki Karomah layaknya Para wali, meski sholat subuh kesiangan setiap hari.
Ibn 'Athoillah mengingatkan, :
UPAYAMU UNTUK BISA ISTIQOMAH IBADAH DENGAN BAIK, LEBIH BAIK DARIPADA MENGAMBIL CARA RADIKAL UNTUL MENDAPATKAN KAROMAH !!
Bahasa Medisnya adalah, Menetralisir Ke 'aiban yang membuat cacat Nilai Ibadah lebih baik daripada Tergesa gesa untuk Memetik Buah Karomah dari Ibadah.
Editor: KH. Dodo Aliyul Murtadlo (Dewan Guru Miftahul Huda)
تَشَوُّفُكَ إِلَى مَا بَطَنَ فِيْكَ مِنَ الْعُيُوْبِ خَيْرٌ مِنْ تَشَوُّ فِكَ إِلَى مَاحُجِبَ عَنْكَ مِنَ الْغُيُوْب
Al-'Uyuub, bagai virus atau bakteri yang menyerang hati. Pengidap penyakit hati akan selalu inkonsisten dalam ibadah, selalu ada motiv 'dunia' ketika manusia sedang 'nyuluk' dijalur menuju Pemilik Semesta, Alloh Swt.Istiqomah sendiri merupakan kondisi ideal yang jadi mimpi seorang Salik, dimana indrawinya bergerak karena amar-Nya dan berhenti karena Nahyi-Nya. Kondisi ideal ini akan terwujud kalau tubuh terluar (dhohir) dan tubuh terdalam (bathin) tidak terpapar virus atau bakteri penyebab sakit yang menggangu ibadah, seperti riya dan sum'ah.
Kh. Abdul Aziz Affandi Miftahul Huda Manonjaya |
Merindukan Istiqomah dalam ibadah diwujudkan dengan upaya menguatkan imun dari iman di hati sekaligus 'berobat' dengan dokter yang tepat yaitu murobby, sambil tetap konsisten ibadah meski dengan segala kekurangan disana sini.
Al-Ghuyuub, sesuatu yang tidak kasat mata atau bahkan diluar nalar dan indrawi kita. Ibadah seolah memiliki efek tertentu berupa kemuliaan (bahkan diluar kebiasaan). Baca "Bismillah" bisa terbang, Alwaqiah 40 kali bisa Kaya, wirid tertentu bisa memindahkan dimensi ruang dan waktu pembacanya. Contoh yang familiar itu ya kisah kisah karomah Aulia Alloh.
Karena Karomah dianggap istimewa, dibukalah bengkel tertentu, dicarilah les dzikir, treatment wirid, beli benda atau zat kimiawi tertentu bak eco racing untuk sebuah keistimewaan pada seorang manusia, lalu dianggaplah memiliki Karomah layaknya Para wali, meski sholat subuh kesiangan setiap hari.
Ibn 'Athoillah mengingatkan, :
UPAYAMU UNTUK BISA ISTIQOMAH IBADAH DENGAN BAIK, LEBIH BAIK DARIPADA MENGAMBIL CARA RADIKAL UNTUL MENDAPATKAN KAROMAH !!
Bahasa Medisnya adalah, Menetralisir Ke 'aiban yang membuat cacat Nilai Ibadah lebih baik daripada Tergesa gesa untuk Memetik Buah Karomah dari Ibadah.
Editor: KH. Dodo Aliyul Murtadlo (Dewan Guru Miftahul Huda)