HUHKUM PUASA ROJAB SUNNAH/BID’AH?
Ada 2 hal yang harus diperhatikan dalam membahas masalah puasa Rajab.
Pertama: Tidak ada riwayat yang benar dari Rosululloh SAW yang melarang puasa Rajab.
Kedua: Banyak riwayat tentang keutamaan puasa Rajab yang tidak benar dan palsu.
Sebenarnya masalah puasa Rajab sudah dibahas tuntas oleh ulama-ulama terdahulu dengan jelas dan gamblang. Akan tetapi karena adanya kelompok kecil hamba-hamba Alloh yang biasa menuduh bid’ah orang lain menyuarakan dengan lantang bahwa amalan puasa di bulan Rajab adalah sesuatu yang bid’ah.
Tidak kami pungkiri adanya hadits-hadits dho’if atau palsu (maudhu’) yang sering dikemukakan oleh sebagian pendukung puasa Rajab. Maka dari itu, kami menjelaskan agar jangan sampai ada yang membawa hadits-hadits palsu biar pun untuk kebaikan seperti memacu orang untuk beribadah, hukumnya adalah haram dan dosa besar. sebagaimana ancaman Rosululloh SAW dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Imam Muslim:
مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّءْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ
_“Barang siapa sengaja berbohong atas namaku, maka hendaknya mempersiapkan diri untuk menempati neraka.”_
Perlu diketahui bahwa dengan banyaknya hadits-hadits palsu tentang keutamaan puasa Rajab itu bukan berarti tidak ada hadits yang benar yang membicarakan tentang keutamaannya bulan Rajab.
*DALIL-DALIL TENTANG PUASA RAJAB*
1. Dalil tentang Puasa Rajab secara Umum
Bulan Rajab adalah bukan termasuk hari-hari yang diharamkan. Juga anjuran-anjuran memperbanyak di hari-hari seperti puasa hari Senin, puasa hari Kamis, puasa hari-hari putih, puasa Daud dan lain-lain yang itu semua bisa dilakukan dan tetap dianjurkan walaupun di bulan Rajab. Berikut ini adalah riwayat-riwayat tentang keutamaan puasa.
a. Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari No. 5472:
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ أَدَمَ لَهُ إِلاَّ الصِّيَامُ وَأَنَا أَجْزِيْ بِهِ
_“Semua amal anak Adam (pahalanya) untuknya kecuali puasa maka aku langsung yang membalasnya.”_
b. Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim No. 1942:
لَخُلُوْفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللهِ مِنْ رِيْحِ الْمِسْكِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
_“Bau mulutnya orang yang berpuasa itu lebih wangi dari misik menurut Allah kelak di hari kiamat”_
Yang dimaksud Allah akan membalasnya sendiri adalah pahala puasa tak terbatas hitungan, tidak seperti pahala ibadah shalat jamaah dengan 27 derajat.
c. Hadits yang diriwayatkan Imam Bukhori No. 1063 dan Imam Muslim No. 1969 :
إِنَّ أَحَبَّ الصِّيَامِ إِلَى اللهِ صِيَامُ دَاوُدَ كَانَ يَصُوْمُ يَوْمًا وَ يُفْطِرُ يَوْمًا
_“Sesungguhnya paling utamanya puasa adalah puasa saudaraku Nabi Daud, beliau sehari puasa dan sehari buka.”_
2. Dalil-Dalil Puasa Rajab secara Khusus
a. Hadits yang diriwayatkan Imam Muslim
أَنَّ عُثْمَانَ بْنَ حَكِيْمٍ اْلأَنْصَارِيِّ قَالَ: “ سَأَلْتُ سَعِيْدَ بْنَ جُبَيْرٍ عَنْ صَوْمِ رَجَبَ وَنَحْنُ يَوْمَئِذٍ فِيْ رَجَبَ فَقَالَ سَمِعْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا يَقُوْلُ كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُوْمُ حَتَّى نَقُوْلَ لاَ يُفْطِرُ، وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُوْلَ لاَ يَصُوْمُ”
_“Sesungguhnya Sayyidina Ustman Ibn Hakim Al-Anshari, berkata: “Aku bertanya kepada Sa’id Ibn Jubair tentang puasa di bulan Rajab dan ketika itu kami memang di bulan Rajab”, maka Sa’id menjawab: “Aku mendengar Ibnu ‘Abbas berkata: “Nabi Muhammad SAW berpuasa (di bulan Rajab) hingga kami katakan beliau tidak pernah berbuka di bulan Rajab, dan beliau juga pernah berbuka di bulan Rajab, hingga kami katakan beliau tidak berpuasa di bulan Rajab.”_
Dari riwayat tersebut di atas, bisa dipahami bahwa Nabi SAW pernah berpuasa di bulan Rajab dengan utuh, dan Nabi pun pernah tidak berpuasa dengan utuh. Artinya, di saat Nabi SAW meninggalkan puasa di bulan Rajab itu menunjukan bahwa puasa di bulan Rajab bukanlah sesuatu yang wajib. Begitulah yang dipahami para ulama tentang amalan Nabi SAW. Jika Nabi melakukan satu amalan kemudian Nabi meninggalkannya itu menunjukan amalan itu bukan sesuatu yang wajib, dan hukum mengamalkannya adalah sunnah.
b. Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud dan Imam Ibnu Majah
عَنْ مُجِيْبَةَ الْبَاهِلِيَّةِ عَنْ أَبِيْهَا أَوْ عَمِّهَا أَنَّهُ: أَتَى رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ انْطَلَقَ فَأَتَاهُ بَعْدَ سَنَةٍ وَقَدْ تَغَيَّرَتْ حَالَتُهُ وَهَيْئَتُهُ فَقَالَ يَا رَسُوْلَ اللهِ أَمَا تَعْرِفُنِيْ. قَالَ وَمَنْ أَنْتَ قَالَ أَنَا الْبَاهِلِيِّ الَّذِيْ جِئْتُكَ عَامَ اْلأَوَّلِ قَالَ فَمَا غَيَّرَكَ وَقَدْ كُنْتَ حَسَنَ الْهَيْئَةِ قَالَ مَا أَكَلْتُ طَعَامًا إِلاَّ بِلَيْلٍ مُنْذُ فَارَقْتُكَ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِمَ عَذَّبْتَ نَفْسَكَ. ثُمَّ قَالَ صُمْ شَهْرَ الصَّبْرِ وَيَوْمًا مِنْ كُلِّ شَهْرٍ قَالَ زِدْنِيْ فَإِنَّ بِيْ قُوَّةً قَالَ صُمْ يَوْمَيْنِ قَالَ زِدْنِيْ قَالَ صُمْ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ قَالَ زِدْنِيْ قَالَ صُمْ مِنْ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ صُمْ مِنَ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ صُمْ مِنَ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ وَقَالَ بِأَصَابِعِهِ الثَّلاَثَةِ فَضَمَّهَا ثُمَّ أَرْسَلَهَا. رواه أبو داود 2/322
_“Dari Mujibah Al-Bahiliah dari ayahnya atau pamannya, sesungguhnya ia (ayah atau paman) datang kepada Rasulullah SAW kemudian berpisah dan kemudian datang lagi kepada Rasulullah SAW setelah setahun dalam keadaan tubuh yang berubah (kurus), dia berkata: Ya Rasulullah SAW, apakah engkau tidak mengenalku?” Rasulullah SAW menjawab: “Siapa Engkau?” Dia pun berkata: “Aku Al-Bahili yang pernah menemuimu setahun yang lalu.” Rasulullah SAW bertanya: “Apa yang membuatmu berubah sedangkan dulu keadaanmu baik-baik saja (segar bugar).” Ia menjawab: “Aku tidak makan kecuali pada malam hari (yakni berpuasa) semenjak berpisah denganmu, maka Rosululloh SAW bersabda: “Mengapa engkau menyiksa dirimu, berpuasalah di bulan sabar dan sehari di setiap bulan.” Lalu ia berkata: “Tambah lagi (ya Rosulalloh) sesungguhnya aku masih kuat.” Rosululloh SAW berkata: “Berpuasalah 2 hari (setiap bulan).” Dia pun berkata: “Tambah lagi, ya Rosulalloh SAW.” Rasulullah SAW berkata: “Berpuasalah 3 hari (setiap bulan).” Ia pun berkata: “Tambah lagi, (Ya Rosulalloh SAW). Rosululloh SAW bersabda: “Jika engkau menghendaki berpuasalah engkau di bulan-bulan haram (Rajab, Dzul Qa’dah, Dzul Hijjah dan Muharram) dan jika engkau menghendaki, maka tinggalkanlah.” Beliau mengatakan hal itu tiga kali sambil menggenggam 3 jarinya kemudian membukanya.”_
Imam Nawawi menjelaskan hadits tersebut.
قَوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ» صُمْ مِنَ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ» إنما أمره بالترك ; لأنه كان يشق عليه إكثار الصوم كما ذكره في أول الحديث . فأما من لم يشق عليه فصوم جميعها فضيلة . المجموع ٦/٤٣٩
Sabda Rasulullah SAW:
صم من الحرم واترك
_“Berpuasalah di bulan haram kemudian tinggalkanlah”._
Sesungguhnya Nabi SAW memerintahkan berbuka kepada orang tersebut karena dipandang puasa terus-menerus akan memberatkannya dan menjadikan fisiknya berubah. Adapun bagi orang yang tidak merasa berat untuk melakukan puasa, maka berpuasa di bulan Rajab seutuhnya adalah sebuah keutamaan (Majmu’ Syarh Muhadzdzab Juz 6 hal. 439).
c. Hadits riwayat Usamah bin Zaid
قال قلت : يا رسول الله لم أرك تصوم شهرا من الشهور ما تصوم من شعبان قال ذلك شهر غفل الناس عنه بين رجب ورمضان وهو شهر ترفع فيه الأعمال إلى رب العالمين وأحب أن يرفع عملي وأنا صائم. رواه النسائي ٤/٢٠١
_“Aku berkata kepada Rosululloh SAW, Ya Rosulalloh SAW, aku tidak pernah melihatmu berpuasa sebagaimana engkau berpuasa di bulan Sya’ban.” Rosululloh SAW menjawab: “Bulan Sya’ban itu adalah bulan yang dilalaikan di antara bulan Rajab dan Ramadhan, dan bulan Sya’ban adalah bulan diangkatnya amal-amal kepada Allah SWT dan aku ingin amalku diangkat dalam keadaaan aku berpuasa”. HR. Imam An-Nasa’I Juz 4 Hal. 201._
Imam Syaukani menjelaskan:
ظاهر قوله في حديث أسامة: إن شعبان شهر يغفل عنه الناس بين رجب ورمضان أنه يستحب صوم رجب; لأن الظاهر أن المراد أنهم يغفلون عن تعظيم شعبان بالصوم كما يعظمون رمضان ورجبا به . نيل الأوطار ٤/٢٩١
_"Secara tersurat yang bisa dipahami dari hadits yang diriwayatkan oleh Usamah, Rosululloh SAW bersabda: “Sesungguhnya Sya’ban adalah bulan yang sering dilalaikan manusia di antara Rajab dan Ramadhan.” Ini menunjukkan bahwa puasa Rajab adalah sunnah, sebab bisa difahami dengan jelas dari sabda Nabi SAW bahwa mereka lalai dari mengagungkan Sya’ban dengan berpuasa karena mereka sibuk mengagungkan ramadhan dan Rajab dengan berpuasa.” (Nailul Author Juz 4 hal 291)
Cirebon, Rajab 1438 H
Buya Yahya (Pengasuh LPD Al-Bahjah Cirebon)
الحمد لله رب العلمين. وبه نستعين على أمور الدنيا والدين. وصلى الله على سيدنا محمد وآله صحبه وسلم أجمعين. قال الله تعالى: إن عدة الشهور عند الله اثنا عشر شهرا في كتاب الله يوم خلق السماوات والأرض منها أربعة حرم ذلك الدين القيم فلا تظلموا فيهن أنفسكم وقاتلوا المشركين كافة كما يقاتلونكم كافة واعلموا أن الله مع المتقين. الأية . وقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: فإن خير الحديث كتاب الله وخير الهدى هدى محمد وشر الأمور محدثاتها وكل بدعة ضلالة . أما بعد:
Ada 2 hal yang harus diperhatikan dalam membahas masalah puasa Rajab.
Pertama: Tidak ada riwayat yang benar dari Rosululloh SAW yang melarang puasa Rajab.
Kedua: Banyak riwayat tentang keutamaan puasa Rajab yang tidak benar dan palsu.
Sebenarnya masalah puasa Rajab sudah dibahas tuntas oleh ulama-ulama terdahulu dengan jelas dan gamblang. Akan tetapi karena adanya kelompok kecil hamba-hamba Alloh yang biasa menuduh bid’ah orang lain menyuarakan dengan lantang bahwa amalan puasa di bulan Rajab adalah sesuatu yang bid’ah.
Tidak kami pungkiri adanya hadits-hadits dho’if atau palsu (maudhu’) yang sering dikemukakan oleh sebagian pendukung puasa Rajab. Maka dari itu, kami menjelaskan agar jangan sampai ada yang membawa hadits-hadits palsu biar pun untuk kebaikan seperti memacu orang untuk beribadah, hukumnya adalah haram dan dosa besar. sebagaimana ancaman Rosululloh SAW dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Imam Muslim:
مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّءْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ
_“Barang siapa sengaja berbohong atas namaku, maka hendaknya mempersiapkan diri untuk menempati neraka.”_
Perlu diketahui bahwa dengan banyaknya hadits-hadits palsu tentang keutamaan puasa Rajab itu bukan berarti tidak ada hadits yang benar yang membicarakan tentang keutamaannya bulan Rajab.
*DALIL-DALIL TENTANG PUASA RAJAB*
1. Dalil tentang Puasa Rajab secara Umum
Bulan Rajab adalah bukan termasuk hari-hari yang diharamkan. Juga anjuran-anjuran memperbanyak di hari-hari seperti puasa hari Senin, puasa hari Kamis, puasa hari-hari putih, puasa Daud dan lain-lain yang itu semua bisa dilakukan dan tetap dianjurkan walaupun di bulan Rajab. Berikut ini adalah riwayat-riwayat tentang keutamaan puasa.
a. Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari No. 5472:
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ أَدَمَ لَهُ إِلاَّ الصِّيَامُ وَأَنَا أَجْزِيْ بِهِ
_“Semua amal anak Adam (pahalanya) untuknya kecuali puasa maka aku langsung yang membalasnya.”_
b. Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim No. 1942:
لَخُلُوْفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللهِ مِنْ رِيْحِ الْمِسْكِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
_“Bau mulutnya orang yang berpuasa itu lebih wangi dari misik menurut Allah kelak di hari kiamat”_
Yang dimaksud Allah akan membalasnya sendiri adalah pahala puasa tak terbatas hitungan, tidak seperti pahala ibadah shalat jamaah dengan 27 derajat.
c. Hadits yang diriwayatkan Imam Bukhori No. 1063 dan Imam Muslim No. 1969 :
إِنَّ أَحَبَّ الصِّيَامِ إِلَى اللهِ صِيَامُ دَاوُدَ كَانَ يَصُوْمُ يَوْمًا وَ يُفْطِرُ يَوْمًا
_“Sesungguhnya paling utamanya puasa adalah puasa saudaraku Nabi Daud, beliau sehari puasa dan sehari buka.”_
2. Dalil-Dalil Puasa Rajab secara Khusus
a. Hadits yang diriwayatkan Imam Muslim
أَنَّ عُثْمَانَ بْنَ حَكِيْمٍ اْلأَنْصَارِيِّ قَالَ: “ سَأَلْتُ سَعِيْدَ بْنَ جُبَيْرٍ عَنْ صَوْمِ رَجَبَ وَنَحْنُ يَوْمَئِذٍ فِيْ رَجَبَ فَقَالَ سَمِعْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا يَقُوْلُ كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُوْمُ حَتَّى نَقُوْلَ لاَ يُفْطِرُ، وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُوْلَ لاَ يَصُوْمُ”
_“Sesungguhnya Sayyidina Ustman Ibn Hakim Al-Anshari, berkata: “Aku bertanya kepada Sa’id Ibn Jubair tentang puasa di bulan Rajab dan ketika itu kami memang di bulan Rajab”, maka Sa’id menjawab: “Aku mendengar Ibnu ‘Abbas berkata: “Nabi Muhammad SAW berpuasa (di bulan Rajab) hingga kami katakan beliau tidak pernah berbuka di bulan Rajab, dan beliau juga pernah berbuka di bulan Rajab, hingga kami katakan beliau tidak berpuasa di bulan Rajab.”_
Dari riwayat tersebut di atas, bisa dipahami bahwa Nabi SAW pernah berpuasa di bulan Rajab dengan utuh, dan Nabi pun pernah tidak berpuasa dengan utuh. Artinya, di saat Nabi SAW meninggalkan puasa di bulan Rajab itu menunjukan bahwa puasa di bulan Rajab bukanlah sesuatu yang wajib. Begitulah yang dipahami para ulama tentang amalan Nabi SAW. Jika Nabi melakukan satu amalan kemudian Nabi meninggalkannya itu menunjukan amalan itu bukan sesuatu yang wajib, dan hukum mengamalkannya adalah sunnah.
b. Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud dan Imam Ibnu Majah
عَنْ مُجِيْبَةَ الْبَاهِلِيَّةِ عَنْ أَبِيْهَا أَوْ عَمِّهَا أَنَّهُ: أَتَى رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ انْطَلَقَ فَأَتَاهُ بَعْدَ سَنَةٍ وَقَدْ تَغَيَّرَتْ حَالَتُهُ وَهَيْئَتُهُ فَقَالَ يَا رَسُوْلَ اللهِ أَمَا تَعْرِفُنِيْ. قَالَ وَمَنْ أَنْتَ قَالَ أَنَا الْبَاهِلِيِّ الَّذِيْ جِئْتُكَ عَامَ اْلأَوَّلِ قَالَ فَمَا غَيَّرَكَ وَقَدْ كُنْتَ حَسَنَ الْهَيْئَةِ قَالَ مَا أَكَلْتُ طَعَامًا إِلاَّ بِلَيْلٍ مُنْذُ فَارَقْتُكَ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِمَ عَذَّبْتَ نَفْسَكَ. ثُمَّ قَالَ صُمْ شَهْرَ الصَّبْرِ وَيَوْمًا مِنْ كُلِّ شَهْرٍ قَالَ زِدْنِيْ فَإِنَّ بِيْ قُوَّةً قَالَ صُمْ يَوْمَيْنِ قَالَ زِدْنِيْ قَالَ صُمْ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ قَالَ زِدْنِيْ قَالَ صُمْ مِنْ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ صُمْ مِنَ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ صُمْ مِنَ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ وَقَالَ بِأَصَابِعِهِ الثَّلاَثَةِ فَضَمَّهَا ثُمَّ أَرْسَلَهَا. رواه أبو داود 2/322
_“Dari Mujibah Al-Bahiliah dari ayahnya atau pamannya, sesungguhnya ia (ayah atau paman) datang kepada Rasulullah SAW kemudian berpisah dan kemudian datang lagi kepada Rasulullah SAW setelah setahun dalam keadaan tubuh yang berubah (kurus), dia berkata: Ya Rasulullah SAW, apakah engkau tidak mengenalku?” Rasulullah SAW menjawab: “Siapa Engkau?” Dia pun berkata: “Aku Al-Bahili yang pernah menemuimu setahun yang lalu.” Rasulullah SAW bertanya: “Apa yang membuatmu berubah sedangkan dulu keadaanmu baik-baik saja (segar bugar).” Ia menjawab: “Aku tidak makan kecuali pada malam hari (yakni berpuasa) semenjak berpisah denganmu, maka Rosululloh SAW bersabda: “Mengapa engkau menyiksa dirimu, berpuasalah di bulan sabar dan sehari di setiap bulan.” Lalu ia berkata: “Tambah lagi (ya Rosulalloh) sesungguhnya aku masih kuat.” Rosululloh SAW berkata: “Berpuasalah 2 hari (setiap bulan).” Dia pun berkata: “Tambah lagi, ya Rosulalloh SAW.” Rasulullah SAW berkata: “Berpuasalah 3 hari (setiap bulan).” Ia pun berkata: “Tambah lagi, (Ya Rosulalloh SAW). Rosululloh SAW bersabda: “Jika engkau menghendaki berpuasalah engkau di bulan-bulan haram (Rajab, Dzul Qa’dah, Dzul Hijjah dan Muharram) dan jika engkau menghendaki, maka tinggalkanlah.” Beliau mengatakan hal itu tiga kali sambil menggenggam 3 jarinya kemudian membukanya.”_
Imam Nawawi menjelaskan hadits tersebut.
قَوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ» صُمْ مِنَ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ» إنما أمره بالترك ; لأنه كان يشق عليه إكثار الصوم كما ذكره في أول الحديث . فأما من لم يشق عليه فصوم جميعها فضيلة . المجموع ٦/٤٣٩
Sabda Rasulullah SAW:
صم من الحرم واترك
_“Berpuasalah di bulan haram kemudian tinggalkanlah”._
Sesungguhnya Nabi SAW memerintahkan berbuka kepada orang tersebut karena dipandang puasa terus-menerus akan memberatkannya dan menjadikan fisiknya berubah. Adapun bagi orang yang tidak merasa berat untuk melakukan puasa, maka berpuasa di bulan Rajab seutuhnya adalah sebuah keutamaan (Majmu’ Syarh Muhadzdzab Juz 6 hal. 439).
c. Hadits riwayat Usamah bin Zaid
قال قلت : يا رسول الله لم أرك تصوم شهرا من الشهور ما تصوم من شعبان قال ذلك شهر غفل الناس عنه بين رجب ورمضان وهو شهر ترفع فيه الأعمال إلى رب العالمين وأحب أن يرفع عملي وأنا صائم. رواه النسائي ٤/٢٠١
_“Aku berkata kepada Rosululloh SAW, Ya Rosulalloh SAW, aku tidak pernah melihatmu berpuasa sebagaimana engkau berpuasa di bulan Sya’ban.” Rosululloh SAW menjawab: “Bulan Sya’ban itu adalah bulan yang dilalaikan di antara bulan Rajab dan Ramadhan, dan bulan Sya’ban adalah bulan diangkatnya amal-amal kepada Allah SWT dan aku ingin amalku diangkat dalam keadaaan aku berpuasa”. HR. Imam An-Nasa’I Juz 4 Hal. 201._
Imam Syaukani menjelaskan:
ظاهر قوله في حديث أسامة: إن شعبان شهر يغفل عنه الناس بين رجب ورمضان أنه يستحب صوم رجب; لأن الظاهر أن المراد أنهم يغفلون عن تعظيم شعبان بالصوم كما يعظمون رمضان ورجبا به . نيل الأوطار ٤/٢٩١
_"Secara tersurat yang bisa dipahami dari hadits yang diriwayatkan oleh Usamah, Rosululloh SAW bersabda: “Sesungguhnya Sya’ban adalah bulan yang sering dilalaikan manusia di antara Rajab dan Ramadhan.” Ini menunjukkan bahwa puasa Rajab adalah sunnah, sebab bisa difahami dengan jelas dari sabda Nabi SAW bahwa mereka lalai dari mengagungkan Sya’ban dengan berpuasa karena mereka sibuk mengagungkan ramadhan dan Rajab dengan berpuasa.” (Nailul Author Juz 4 hal 291)
Cirebon, Rajab 1438 H
Buya Yahya (Pengasuh LPD Al-Bahjah Cirebon)