Misbahulhudacikatomas-Khutbah iedul fitri 1440 H dengan thema Berbuat baik kepada kedua Orang tua
Khutbah ke-1
Ma’asyirol muslimin rohimakumulloh,
Segala puji hanyalah untuk Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Kita memuji-Nya dan memohon pertolongan-Nya, serta memohon ampunan-Nya. Kita berlindung kepada-Nya atas kesalahan diri-diri kita dan kejelekan amalan-amalan kita. Sholawat dan salam semoga senantiasa Alloh Subhanahu wa Ta’ala curahkan kepada Nabi kita Muhammad SAW, kepada keluarganya dan para sahabatnya, serta kepada seluruh kaum muslimin yang benar-benar mengikuti petunjuknya. Aku bersaksi bahwasanya tidak ada yang berhak untuk diibadahi, kecuali hanya Alloh semata, dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya untuk sekalian alam.
Hadirin rohimakumulloh,
Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Alloh Azza wajalla dengan menjalankan kewajiban-kewajiban kita kepada-Nya dan kewajiban yang harus ditunaikan terhadap hamba-hamba-Nya.
Jama’ah rohimakumulloh,
Ketahuilah, bahwa kewajiban paling besar yang harus ditunaikan oleh seorang hamba setelah kewajibannya kepada Alloh SWT dan Rasul-Nya adalah kewajiban dalam memenuhi hak orangtua. Hal ini sebagaimana firman-Nya,
وَاعْبُدُوا اللهَ وَلاَتُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
“Beribadahlah kalian kepada Alloh dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun dan berbuat baiklah kalian kepada kedua orangtua.” (An-Nisa’: 36)
Di dalam ayat lainnya, Alloh berfirman:
وَوَصَّيْنَا اْلإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua orangtuanya, ibunya telah mengandung dengan susah payah, dan telah melahirkannya dengan susah-payah pula.” (Al-Ahqaf: 15)
Caranya berbakti kepada orang tua antara lain:
1. Berkata dengan lemah lembut dan mendahulukan tatakrama kepada keduanya. Karena selain orang tua kita memiliki usia yang lebih tua dari kita, orang tua kita adalah orang yang mulia, karena telah mengasuh dan membesarkan kita. Oleh karena itu, hendaknya kita membedakan cara berbicara dengan kedua orang tua, dengan orang yang lebih mulia. Bersikaplah Tawadhu’ (rendah hati) saat bersamanya. Kita tidak boleh ber-sikap sombong atas apa yang telah kita capai, yang ternyata melampaui capaian dari kedua orang tua kita, karena orang tua kita tidak pernah mengungkit apa yang telah mereka berikan kepada kita selama ini.
3. Membiayai dan menafkahi kedua orang tua kita bila mereka tidak punya. Dan bila kita mampu dan cukup setelah nafkah anak istri. Oleh karena itu wajib kita memberikan sebagian harta kita kepada orang tua, baik mereka meminta ataupun tidak.
وَإِنَّمَا تَجِبُ نَفَقَةُ الْوَالِدَيْنِ بِشُرُوْطٍ مِنْهَا يَسَارُ الْوَلَدِ وَالْمُوْسِرُ مِنْ فَضْلٍ عَنْ قُوْتِهِ وَقُوْتِ عِيَالِهِ فِيْ يَوْمِهِ وَلَيْلَتِهِ مَا يُصَرِّفُهُ إِلَيْهِمَا فَإِنْ لَّمْ يَفْضُلْ فَلَا شَيْءَ عَلَيْهِ لِإِعْسَارِهِ
Artinya, “Kedua orang tua wajib dinafkahi oleh anaknya dengan syarat antara lain kelapangan rezeki anak yang bersangkutan. Batasan kelapangan rezeki adalah mereka yang memiliki kelebihan harta setelah menutupi kebutuhan makanan pokok dirinya dan anak-istrinya dalam sehari-semalam. Jika anak itu tidak memiliki kelebihan harta, maka ia tidak berkewajiban apapun atas nafkah kedua orang tuanya lantaran kesempitan rezeki yang bersangkutan,” (Lihat Imam Taqiyudin Al-Husni, Kifayatul Akhyar, hal. 577).
4. Membantu dan mengatasi pekerjaan rumah tangga mereka, sehingga mereka dapat memiliki waktu istirahat di hari tua. Dan Wajib merawat dan menjaga kedua orang tua apabila mereka telah tua dan renta.
وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
Selanjutnya Alloh menyatakan “dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang karena rasa hormat yang tulus kepada keduanya”, dan ucapkanlah, yakni berdoalah: “wahai tuhanku, yang maha pengasih, maha penyayang, sayangilah keduanya, karena mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil dengan penuh kasih sayang”.
Pada dua ayat tersebut, Alloh SWT. menjelaskan betapa pentingnya kewajiban berbakti kepada orangtua dengan menggambarkan betapa besarnya pengor-banan dan jasa orangtua terutama ibu kepada anaknya. Maka, sudah semestinya bagi seorang anak untuk berbuat baik kepada orangtuanya, karena orang yang berakal tentu tidak akan melupakan kebaikan orang lain terhadapnya apalagi membalas kebaikannya dengan menyakitinya. Maka, apakah layak bagi seorang anak untuk melupakan kebaikan orangtuanya sehingga tidak berbuat baik kepadanya? Begitu pula, tentu lebih tidak pantas lagi bagi seorang anak untuk menyakiti orang tuanya yang telah terus-menerus berbuat baik kepada-nya dengan mengeluarkan pengorbanan yang sangat besar bahkan hingga mempertaruhkan nyawanya.
Dalam keadaan kedua orang tua sudah berumur lanjut dan berada dalam pemeliharaanmu, boleh jadi suatu waktu engkau berbuat kesalahan, secara tidak sengaja atau karena terpaksa. Dalam keadaan demikian itu, ketahuilah bahwa tuhanmu lebih mengetahui apa yang ada dalam hatimu; jika kamu orang-orang yang baik dan tulus mengasihi kedua orang tuamu dan berbakti kepada keduanya dengan sepenuh hatimu. Mohonlah ampun kepada Alloh, maka sungguh, dia maha pengampun bagi orang-orang yang bertobat dan menyertainya dengan berbuat kebaikan.
Nabi SAW. juga telah menyebutkan besarnya keutama-an berbakti kepada orangtua. Bahkan, lebih besar dari jihad di jalan Alloh. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam Ash-Shohihain, dari sahabat Abdulloh ibnu Mas’ud rodhiallohu ‘anhu, beliau berkata,
سَأَلْتُ النَّبِيَّ : أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللهِ؟ قَالَ: الصَّلاَةُ عَلَى وَقْتِهَا. قَالَ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: ثُمَّ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ. قَالَ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللهِ
Aku bertanya kepada Nabi, “Amalan apakah yang paling dicintai oleh Alloh Azaa wajalla?” Beliau menjawab, “Sholat pada waktunya.” Aku berkata, “Kemudian apa?” Nabi menjawab, “Berbakti kepada orang tua.” Aku berkata, “Kemudian apa lagi?” Beliau shollallohu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Kemudian jihad di jalan Alloh.” (H.R. Al-Bukhori dan Muslim)
Dari ayat-ayat dan hadits di atas serta yang lainnya, seseorang akan memahami dengan jelas betapa tinggi dan mulianya amalan berbakti kepada orangtua. Walaupun beda harapan, orang tua mendidik anaknya agar tumbuh besar dan sukses. Tapi anak mengurus orang tuanya hanya menunggu kematiannya.
5. Taushiyah, memberi nasihat kepada orang tua bila itu harus dilakukan.
Pada suatu ketika, Kholifah Umar bin Abdil Aziz turun dari mimbar dan pulang menuju rumahnya kemudian masuk ke dalam kamar. Beliau ingin sekali istirahat barang sejenak setelah menguras tenaganya karena banyak kesibukan pasca wafat khalifah sebelumnya. Akan tetapi, belum lagi lurus punggungnya di tempat tidur, tiba-tiba datanglah putra beliau yang bernama Abdul Malik –ketika itu dia berumur 17 tahun-
Abdul Malik berkata: “Apa yang ingin Engkau lakukan ya amirol mu’minin?”
Umar bin Abdul Aziz menjawab: “Wahai anakku, aku ingin memejamkan mata barang sejenak karena sudah tak ada lagi tenaga yang tersisa.”
Kata Abdul Malik: “Apakah Engkau akan tidur sebelum mengembalikan hak orang-orang yang dizalimi ya amirol mu’minin?”
Umar bin Abdul Aziz menimpali lagi: “Wahai anakku, aku telah begadang semalaman untuk mengurus pemakaman pamanmu Sulaiman, nanti jika telah datang waktu zuhur aku akan sholat bersama orang-orang dan akan aku kembalikan hak orang-orang yang dizalimi kepada pemiliknya, insya Alloh.”
Abdul Malik berakata lagi: “Siapa yang menjamin bahwa Engkau masih hidup hingga datang waktu zuhur ya amirol mu’minin?”
Kata-kata ini telah menggugah semangat Umar, hilanglah rasa kantuknya, kembalilah semua kekuatan dan tekad pada jasadnya yang telah lelah, beliau berkata, “Mendekatlah engkau nak!” lalu mendekatlah putra beliau kemudian beliau merangkul dan mencium keningnya sembari berkata, “Segala puji bagi Alloh yang telah mengeluarkan dari tulang sulbiku seorang anak yang dapat membantu melaksanakan agamaku.”
Kemudian beliau bangun dan memerintahkan untuk menyeru kepada manusia, “Barangsiapa yang merasa dizalimi hendaklah segera melapor.”
Meskipun Alloh memberinya usia relatif singkat, kurang dari 20 tahun, namun hidupnya diwarnai oleh ketaqwaan, ibadah, amar ma'ruf nahi mungkar. Beliau Abdul Malik bin Umar bin Abdul Aziz, dia tidak segan menegur ayahnya saat dilihatnya lalai dalam menjalankan amanah. Dia tidak sungkan menasehati ayahnya agar selalu teguh pada hukum Alloh dalam setiap gerak serta langkahnya. Dia tahu semua itu adalah kewajiban yang harus disampaikan dan bentuk implementasi birrul walidain (bakti kepada ibu bapak).
6. Bersedekah atas namanya dengan berbuat baik berupa memberikan bantuan kepada fakir miskin, dengan perbuatan tersebut memohon kepada Alloh agar menjadikan pahala dari sedekah tersebut untuk ayah dan ibunya atau lainnya, baik yang telah meninggal dunia maupun yang masih hidup. Hal ini karena Nabi bersabda (yang artinya), ‘Apabila seorang manusia meninggal dunia, terputuslah amalannya kecuali dari tiga perkara: sodakoh jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak sholih yang berdoa untuknya.’ Disebutkan dalam hadits Nabi, bahwa ada seseorang bertanya kepada beliau :
يَا رَسُوْلَ اللهِ، إِنَّ أُمِّي مَاتَتْ وَلَمْ تُوْصِ وَأَظُنُّهَا لَوْ تَكَلَّمَتْ لَتَصَدَّقَتْ، أَفَلَهَا أَجْرٌ إِنْ تَصَدَّقْتُ عَنْهَا؟ قَالَ: نَعَمْ
“Ya Rosul, sesungguhnya ibuku telah meninggal dunia dan beliau belum sempat berwasiat namun aku yakin kalau beliau sempat berbicara tentu beliau ingin bersedekah, apakah beliau (ibuku) akan mendapatkan pahala jika aku bersedekah atas namanya?” Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Benar.” (HR.Muttafaqun ‘alaih)
Begitu pula akan bermanfaat untuk orang yang telah meninggal dunia amalan ibadah haji atas nama si mayit, demikian pula ibadah umrah, serta membayarkan utang-utangnya. Semua itu akan bermanfaat untuk yang meninggal sebagaimana telah datang dalil-dalil syar’i yang menunjukkan hal tersebut.” (Majmu’ Fatawa 4/342)
7. Banyaklah berdoa bagi kedua orang tua, baik mereka masih dalam keadaan hidup ataupun telah meninggal.
Ya Allah. Indahkan kepada mereka ucapanku, Haluskan kepada mereka tabiatku, Lembutkan kepada mereka hatiku, Jadikan aku orang yang sangat mencintai kedua orangtuaku. Balaslah kebaikan mereka karena telah mendidikku, Berikan ganjaran kepada mereka karena telah memuliakanku, Jagalah mereka sebagaimana mereka memeliharaku pada masa kecilku.
Ya Alloh Tuhanku, Aku tidak mampu melaksanakan kewajibanku kepada mereka. Aku tidak sanggup menjalankan kewajibanku untuk berkhidmat kepada mereka, Bantulah aku, Wahai Yang Paling baik untuk dimintai bantuan, Bimbinglah aku, Ya Robb, Jangan jadikan aku orang yang durhaka kepada ayah bunda, orang yang tidak hormat dan tidak khidmat kepada mereka.
Ya Allah, Jangan biarkan aku lupa untuk menyebut mereka sesudah shalatku. pada saat-saat malamku, pada saat-saat siangku
Ya Allah, Sungguh Engkau Pemilik karunia yang besar dan anugerah yang abadi, Engkaulah Yang maha Pengasih dari semua yang pengasih.
رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ
Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku dan sekalian orang-orang mu’min pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)”.
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْلِىْ ذُنُوْبِىْ وَلِوَالِدَىَّ وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِىْ صَغِيْرًا. وَلِجَمِيْعِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ،اَلْاَحْيَآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ وَتَابِعْ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ بِالْخَيْرَاتِ، رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُالرَّاحِمِيْنَ، وَلاَحَوْلَ وَلاَقُوَّةَ اِلاَّبِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ
بَارَكَ اللهُ لِى وَلَكُمْ فِي الْآَيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ جَوَادٌ كَرِيْمٌ.
KHUTBAH KEDUA
Khutbah ke-1
9xالله اكبر
الْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ أَنْزَلَ عَلَى عَبْدِهِ الْكِتَابْ. أَظْهَرَ الْحَقَّ بِالْحَقِّ وَأَخْزَى الْأَحْزَابْ. وَأَتَمَّ نُوْرَهُ وَجَعَلَ كَيْدَ الْكَافِرِيْنَ فِيْ تَبَابْ. غَافِرِ الذَّنْبِ وَقَابِلِ التَّوْبِ شَدِيْدِ الْعِقَابْ. خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلَوَنَا وَإِلَيْهِ الْمَآَبْ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا، أَمَّا بَعْدُ: أَيُّهَا النَّاسُ، اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَقُوْمُوْا بِمَا أَوْجَبَ اللهُ عَلَيْكُمْ مِنْ حَقِّهِ وَحُقُوْقِ عِبَادِهِ.
اعوذ بالله من الشيطان الرجيم بسم الله الرحمن الرحيم
وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًاۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا
Ma’asyirol muslimin rohimakumulloh,
Segala puji hanyalah untuk Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Kita memuji-Nya dan memohon pertolongan-Nya, serta memohon ampunan-Nya. Kita berlindung kepada-Nya atas kesalahan diri-diri kita dan kejelekan amalan-amalan kita. Sholawat dan salam semoga senantiasa Alloh Subhanahu wa Ta’ala curahkan kepada Nabi kita Muhammad SAW, kepada keluarganya dan para sahabatnya, serta kepada seluruh kaum muslimin yang benar-benar mengikuti petunjuknya. Aku bersaksi bahwasanya tidak ada yang berhak untuk diibadahi, kecuali hanya Alloh semata, dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya untuk sekalian alam.
Hadirin rohimakumulloh,
Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Alloh Azza wajalla dengan menjalankan kewajiban-kewajiban kita kepada-Nya dan kewajiban yang harus ditunaikan terhadap hamba-hamba-Nya.
Jama’ah rohimakumulloh,
Ketahuilah, bahwa kewajiban paling besar yang harus ditunaikan oleh seorang hamba setelah kewajibannya kepada Alloh SWT dan Rasul-Nya adalah kewajiban dalam memenuhi hak orangtua. Hal ini sebagaimana firman-Nya,
وَاعْبُدُوا اللهَ وَلاَتُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
“Beribadahlah kalian kepada Alloh dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun dan berbuat baiklah kalian kepada kedua orangtua.” (An-Nisa’: 36)
Di dalam ayat lainnya, Alloh berfirman:
وَوَصَّيْنَا اْلإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua orangtuanya, ibunya telah mengandung dengan susah payah, dan telah melahirkannya dengan susah-payah pula.” (Al-Ahqaf: 15)
Caranya berbakti kepada orang tua antara lain:
1. Berkata dengan lemah lembut dan mendahulukan tatakrama kepada keduanya. Karena selain orang tua kita memiliki usia yang lebih tua dari kita, orang tua kita adalah orang yang mulia, karena telah mengasuh dan membesarkan kita. Oleh karena itu, hendaknya kita membedakan cara berbicara dengan kedua orang tua, dengan orang yang lebih mulia. Bersikaplah Tawadhu’ (rendah hati) saat bersamanya. Kita tidak boleh ber-sikap sombong atas apa yang telah kita capai, yang ternyata melampaui capaian dari kedua orang tua kita, karena orang tua kita tidak pernah mengungkit apa yang telah mereka berikan kepada kita selama ini.
2. Mematuhi setiap perintah dari kedua orang tua kita, asalkan perintah tersebut tidak bertentangan dengan ajaran agama. Kita tidak boleh berkata kasar ataupun membentak mereka. Mengikuti nasihat kedua orang tua adalah wajib hukumnya, sehingga apa yang kita kerjakan diridoi oleh kedua orang tua kita. Karena rido mereka merupakan rido Alloh Azza Wajalla.
وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًاۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا
“Dan tuhanmu telah memerintah, mengharuskan dan mewajibkan untuk di-esa-kan dalam peribadahan kepadaNya, dan Dia memerintahkan untuk berbuat baik kepada bapak-ibu, terutama di saat mereka berusia lanjut, janganlah engkau berkeluh kesah, jangan merasa kesal terhadap sesuatu yang engkau lihat dari mereka atau salah satu dari mereka, dan jangan memperdengarkan kepada mereka ucapan yang buruk, bahkan jangan pula berkata “akh” sekaliapun itu merupakan tingkat terendah dari ucapan yang buruk. Dan janganlah muncul darimu tindakan buruk kepada mereka berdua. Akan tetapi bersikaplah lembut kepada mereka berdua. Dan berbicaralah kepada mereka berdua dengan perkataan lembut dan bagus.3. Membiayai dan menafkahi kedua orang tua kita bila mereka tidak punya. Dan bila kita mampu dan cukup setelah nafkah anak istri. Oleh karena itu wajib kita memberikan sebagian harta kita kepada orang tua, baik mereka meminta ataupun tidak.
وَإِنَّمَا تَجِبُ نَفَقَةُ الْوَالِدَيْنِ بِشُرُوْطٍ مِنْهَا يَسَارُ الْوَلَدِ وَالْمُوْسِرُ مِنْ فَضْلٍ عَنْ قُوْتِهِ وَقُوْتِ عِيَالِهِ فِيْ يَوْمِهِ وَلَيْلَتِهِ مَا يُصَرِّفُهُ إِلَيْهِمَا فَإِنْ لَّمْ يَفْضُلْ فَلَا شَيْءَ عَلَيْهِ لِإِعْسَارِهِ
Artinya, “Kedua orang tua wajib dinafkahi oleh anaknya dengan syarat antara lain kelapangan rezeki anak yang bersangkutan. Batasan kelapangan rezeki adalah mereka yang memiliki kelebihan harta setelah menutupi kebutuhan makanan pokok dirinya dan anak-istrinya dalam sehari-semalam. Jika anak itu tidak memiliki kelebihan harta, maka ia tidak berkewajiban apapun atas nafkah kedua orang tuanya lantaran kesempitan rezeki yang bersangkutan,” (Lihat Imam Taqiyudin Al-Husni, Kifayatul Akhyar, hal. 577).
4. Membantu dan mengatasi pekerjaan rumah tangga mereka, sehingga mereka dapat memiliki waktu istirahat di hari tua. Dan Wajib merawat dan menjaga kedua orang tua apabila mereka telah tua dan renta.
وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
Selanjutnya Alloh menyatakan “dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang karena rasa hormat yang tulus kepada keduanya”, dan ucapkanlah, yakni berdoalah: “wahai tuhanku, yang maha pengasih, maha penyayang, sayangilah keduanya, karena mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil dengan penuh kasih sayang”.
Pada dua ayat tersebut, Alloh SWT. menjelaskan betapa pentingnya kewajiban berbakti kepada orangtua dengan menggambarkan betapa besarnya pengor-banan dan jasa orangtua terutama ibu kepada anaknya. Maka, sudah semestinya bagi seorang anak untuk berbuat baik kepada orangtuanya, karena orang yang berakal tentu tidak akan melupakan kebaikan orang lain terhadapnya apalagi membalas kebaikannya dengan menyakitinya. Maka, apakah layak bagi seorang anak untuk melupakan kebaikan orangtuanya sehingga tidak berbuat baik kepadanya? Begitu pula, tentu lebih tidak pantas lagi bagi seorang anak untuk menyakiti orang tuanya yang telah terus-menerus berbuat baik kepada-nya dengan mengeluarkan pengorbanan yang sangat besar bahkan hingga mempertaruhkan nyawanya.
Dalam keadaan kedua orang tua sudah berumur lanjut dan berada dalam pemeliharaanmu, boleh jadi suatu waktu engkau berbuat kesalahan, secara tidak sengaja atau karena terpaksa. Dalam keadaan demikian itu, ketahuilah bahwa tuhanmu lebih mengetahui apa yang ada dalam hatimu; jika kamu orang-orang yang baik dan tulus mengasihi kedua orang tuamu dan berbakti kepada keduanya dengan sepenuh hatimu. Mohonlah ampun kepada Alloh, maka sungguh, dia maha pengampun bagi orang-orang yang bertobat dan menyertainya dengan berbuat kebaikan.
Nabi SAW. juga telah menyebutkan besarnya keutama-an berbakti kepada orangtua. Bahkan, lebih besar dari jihad di jalan Alloh. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam Ash-Shohihain, dari sahabat Abdulloh ibnu Mas’ud rodhiallohu ‘anhu, beliau berkata,
سَأَلْتُ النَّبِيَّ : أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللهِ؟ قَالَ: الصَّلاَةُ عَلَى وَقْتِهَا. قَالَ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: ثُمَّ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ. قَالَ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللهِ
Aku bertanya kepada Nabi, “Amalan apakah yang paling dicintai oleh Alloh Azaa wajalla?” Beliau menjawab, “Sholat pada waktunya.” Aku berkata, “Kemudian apa?” Nabi menjawab, “Berbakti kepada orang tua.” Aku berkata, “Kemudian apa lagi?” Beliau shollallohu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Kemudian jihad di jalan Alloh.” (H.R. Al-Bukhori dan Muslim)
Dari ayat-ayat dan hadits di atas serta yang lainnya, seseorang akan memahami dengan jelas betapa tinggi dan mulianya amalan berbakti kepada orangtua. Walaupun beda harapan, orang tua mendidik anaknya agar tumbuh besar dan sukses. Tapi anak mengurus orang tuanya hanya menunggu kematiannya.
5. Taushiyah, memberi nasihat kepada orang tua bila itu harus dilakukan.
Pada suatu ketika, Kholifah Umar bin Abdil Aziz turun dari mimbar dan pulang menuju rumahnya kemudian masuk ke dalam kamar. Beliau ingin sekali istirahat barang sejenak setelah menguras tenaganya karena banyak kesibukan pasca wafat khalifah sebelumnya. Akan tetapi, belum lagi lurus punggungnya di tempat tidur, tiba-tiba datanglah putra beliau yang bernama Abdul Malik –ketika itu dia berumur 17 tahun-
Abdul Malik berkata: “Apa yang ingin Engkau lakukan ya amirol mu’minin?”
Umar bin Abdul Aziz menjawab: “Wahai anakku, aku ingin memejamkan mata barang sejenak karena sudah tak ada lagi tenaga yang tersisa.”
Kata Abdul Malik: “Apakah Engkau akan tidur sebelum mengembalikan hak orang-orang yang dizalimi ya amirol mu’minin?”
Umar bin Abdul Aziz menimpali lagi: “Wahai anakku, aku telah begadang semalaman untuk mengurus pemakaman pamanmu Sulaiman, nanti jika telah datang waktu zuhur aku akan sholat bersama orang-orang dan akan aku kembalikan hak orang-orang yang dizalimi kepada pemiliknya, insya Alloh.”
Abdul Malik berakata lagi: “Siapa yang menjamin bahwa Engkau masih hidup hingga datang waktu zuhur ya amirol mu’minin?”
Kata-kata ini telah menggugah semangat Umar, hilanglah rasa kantuknya, kembalilah semua kekuatan dan tekad pada jasadnya yang telah lelah, beliau berkata, “Mendekatlah engkau nak!” lalu mendekatlah putra beliau kemudian beliau merangkul dan mencium keningnya sembari berkata, “Segala puji bagi Alloh yang telah mengeluarkan dari tulang sulbiku seorang anak yang dapat membantu melaksanakan agamaku.”
Kemudian beliau bangun dan memerintahkan untuk menyeru kepada manusia, “Barangsiapa yang merasa dizalimi hendaklah segera melapor.”
Meskipun Alloh memberinya usia relatif singkat, kurang dari 20 tahun, namun hidupnya diwarnai oleh ketaqwaan, ibadah, amar ma'ruf nahi mungkar. Beliau Abdul Malik bin Umar bin Abdul Aziz, dia tidak segan menegur ayahnya saat dilihatnya lalai dalam menjalankan amanah. Dia tidak sungkan menasehati ayahnya agar selalu teguh pada hukum Alloh dalam setiap gerak serta langkahnya. Dia tahu semua itu adalah kewajiban yang harus disampaikan dan bentuk implementasi birrul walidain (bakti kepada ibu bapak).
6. Bersedekah atas namanya dengan berbuat baik berupa memberikan bantuan kepada fakir miskin, dengan perbuatan tersebut memohon kepada Alloh agar menjadikan pahala dari sedekah tersebut untuk ayah dan ibunya atau lainnya, baik yang telah meninggal dunia maupun yang masih hidup. Hal ini karena Nabi bersabda (yang artinya), ‘Apabila seorang manusia meninggal dunia, terputuslah amalannya kecuali dari tiga perkara: sodakoh jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak sholih yang berdoa untuknya.’ Disebutkan dalam hadits Nabi, bahwa ada seseorang bertanya kepada beliau :
يَا رَسُوْلَ اللهِ، إِنَّ أُمِّي مَاتَتْ وَلَمْ تُوْصِ وَأَظُنُّهَا لَوْ تَكَلَّمَتْ لَتَصَدَّقَتْ، أَفَلَهَا أَجْرٌ إِنْ تَصَدَّقْتُ عَنْهَا؟ قَالَ: نَعَمْ
“Ya Rosul, sesungguhnya ibuku telah meninggal dunia dan beliau belum sempat berwasiat namun aku yakin kalau beliau sempat berbicara tentu beliau ingin bersedekah, apakah beliau (ibuku) akan mendapatkan pahala jika aku bersedekah atas namanya?” Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Benar.” (HR.Muttafaqun ‘alaih)
Begitu pula akan bermanfaat untuk orang yang telah meninggal dunia amalan ibadah haji atas nama si mayit, demikian pula ibadah umrah, serta membayarkan utang-utangnya. Semua itu akan bermanfaat untuk yang meninggal sebagaimana telah datang dalil-dalil syar’i yang menunjukkan hal tersebut.” (Majmu’ Fatawa 4/342)
7. Banyaklah berdoa bagi kedua orang tua, baik mereka masih dalam keadaan hidup ataupun telah meninggal.
Ya Allah. Indahkan kepada mereka ucapanku, Haluskan kepada mereka tabiatku, Lembutkan kepada mereka hatiku, Jadikan aku orang yang sangat mencintai kedua orangtuaku. Balaslah kebaikan mereka karena telah mendidikku, Berikan ganjaran kepada mereka karena telah memuliakanku, Jagalah mereka sebagaimana mereka memeliharaku pada masa kecilku.
Ya Alloh Tuhanku, Aku tidak mampu melaksanakan kewajibanku kepada mereka. Aku tidak sanggup menjalankan kewajibanku untuk berkhidmat kepada mereka, Bantulah aku, Wahai Yang Paling baik untuk dimintai bantuan, Bimbinglah aku, Ya Robb, Jangan jadikan aku orang yang durhaka kepada ayah bunda, orang yang tidak hormat dan tidak khidmat kepada mereka.
Ya Allah, Jangan biarkan aku lupa untuk menyebut mereka sesudah shalatku. pada saat-saat malamku, pada saat-saat siangku
Ya Allah, Sungguh Engkau Pemilik karunia yang besar dan anugerah yang abadi, Engkaulah Yang maha Pengasih dari semua yang pengasih.
رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ
Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku dan sekalian orang-orang mu’min pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)”.
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْلِىْ ذُنُوْبِىْ وَلِوَالِدَىَّ وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِىْ صَغِيْرًا. وَلِجَمِيْعِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ،اَلْاَحْيَآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ وَتَابِعْ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ بِالْخَيْرَاتِ، رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُالرَّاحِمِيْنَ، وَلاَحَوْلَ وَلاَقُوَّةَ اِلاَّبِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ
بَارَكَ اللهُ لِى وَلَكُمْ فِي الْآَيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ جَوَادٌ كَرِيْمٌ.
KHUTBAH KEDUA
الله اكبر 7x
الْحَمْدُ لِلهِ رَبِ الْعَالَمِيْنَ وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ وَلاَ عُدْوَانَ إِلاَّ عَلَى الظَّالِمِيْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ الْمُبِيْنُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الصَّادِقُ الْأَمِيْنُ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ والتَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ،
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ فِي الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ.
اللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ. اللَّهُمَّ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْمُسْلِمينَ فِي كُلِّ مَكَانٍ. اللَّهُمَّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا مُطْمَئِنًّا وَسَائِرَ بِلاَدِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. اللَّهُمَّ آمِنَّا فِيْ أَوْطَانِنَا، وَأَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلاَةَ أُمُوْرِنَا، وَاجْعَلْ وِلاَيَتَنَا فِيْ مَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ وَاتَّبَعَ رِضَاكَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ.
اَللّهُمَّ أَصْلِحْ أَحْوَالَنَا فِي الْأُمُوْرِ كُلِّهَا وَبَلِّغْنَا بِمَا يُرْضِيْكَ آَمَالَنَا وَاخْتِمْ بِالصَّالحِاَتِ أَعْمَالَنَا وَبِالسَّعَادَةِ آَجَالَنَا وَتَوَفَّنَا يَا رَبِّ وَأَنْتَ رَاضٍ عَنَّا، اَللَّهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا هَذَا جَمْعًا مُبَارَكًا مَرْحُوْمًا وَتَفَرُّقَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ مَعْصُوْمًا، رَبَّنَا لَا تَدَعْ لَنَا ذَنْبًا إِلَّا غَفَرْتَهُ وَلَا هَمًّا إِلَّا فَرَّجْتَهُ وَلَا مَرِيْضًا إِلَّا شَفَيْتَهُ وَلَا مَيِّتًا إِلَّا رَحِمْتَهُ وَلَا طَالِبًا أَمْرًا مِنْ أُمُوْرِ الْخَيْرِ إِلَّا سَهَّلْتَهُ لَهُ وَيَسَّرْتَهُ، اَللّهُمَّ وَحِّدْ كَلِمَةَ الْمُسْلِمِيْنَ وَاجْمَعْ شَمْلَهُمْ وَاجْعَلْهُمْ يَدًا وَاحِدَةً عَلَى مَنْ سِوَاهُمْ
اَللّهُمَّ انْصُرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَاخْذُلِ الْكَفَرَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ أَعْدَائَكَ أَعدَاءَ الدِّينْ، اَللّهُمَّ ارْزُقْنَا بِرَّ وَالِدِيْنَا أَحْيَاءً وَأْمْوَاتًا وَجَمِّعْنَا بِهِمْ فِي جَنَّةِ النَّعِيْمِ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينْ.
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ